NPM: 26210334
Kelas : 1EB07
BAB I
PENDAHULUAN
SEKTOR INDUSTRI
Dalam sejarah pembangunan ekonomi, konsep industrialisasi berawal dari revolusi industri pertama pada pertengahan abad ke-18 di inggris, yang ditandai dengan penemuan metode baru untuk permintalan, dan penemuan kapas yang menciptakan spesialisasi dalam produksi, serta peningkatan produktivitas dari faktor produksi yang digunakan. Setelah itu inovasi dan penemuan baru dalam pengolahan besi dan mesin uap, yang mendorong inovasi dalam pembuatan antara lain besi baja, kereta api, dan kapal tenaga uap. Setelah itu kemudian menyusul revolusi industri kedua pada akhir abad ke-18, dan awal abad ke-19 dengan berbagai perkembangan teknologi dan inovasi. Setelah perang dunia II, mulai muncul berbagai teknologi baru seperti sistem produksi masal dengan menggunakan jalur assembling, tenaga listrik, kendaraan bermotor, penemuan berbagai barang sintetis, dan revolusi tenaga telekomunikasi, elektronik, bio, komputer, dan penggunaan robot.semua perkembangan ini mengubah pola produksi industri, meningkatkan volume perdagangan dunia, dan memacu proses industrialisasi di dunia (Pangestu dan Aswicahyono, 1996).
Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa industrialisasi merupakan suatu proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan perdagangan antarnegara, yang pada akhirnya sejalan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat mendorong perubahan struktur ekonomi di banyak negara, dari yang tadinya berbasis pertanian menjadi berbasis industri.
BAB II
PEMBAHASAN
SEKTOR INDUSTRI
A. Tujuan Industrialisasi
Industrialisasi suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
B. Faktor-Faktor Pendorong Industrialisasi
1. Kemampuan teknologi dan inovasi
2. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
3. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat
4. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi
5. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan insentif yang diberikan.
6. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam industrialisasi
7. Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
C. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional
Industri diklasifikasikan:
1. Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap selanjutnya
2. Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri hilir yang memproduksi produk konsumsi.
Tingkat perkembangan industri manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri. Struktur industri:
1. Ragam produk: barang konsumsi, sederhana, barang konsumsi dg kandungan teknologi yanglebih canggih, barang modal,
2. Intensitas pemakain faktor produksi: barang dengan padat karya dan barang dengan padat modal
3. Orinetasi pasar : barang domestik & barang ekspor
Pendalaman Struktur Industri.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif. Perubahan struktur industri disebabkan oleh
1. Penawaran aggregat: perkembangan teknolgi, kualitas SDM, inovasi material baru untuk produksi
2. Permintaan aggregat: peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah volume & pola konsumsi
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur industri:
· Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi sampail bambu, rotan & kayu
· Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi berkembang pesat seiring laju penduduk & peningkatan pendapatan masyarakat per kapita
· Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang untuk produksi barang konsumsi tersebut dibandingkan barang modal
· Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih rendah
Tingkat Teknologi produk manufaktur.
Teknologi yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
· Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk elektronik, alat komunikasi dan sebagainya
· Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam
· Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil, pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel
Ekspor
Kinerja ekspor (X) dari produk-produk manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator alternatif untuk mengukur derajat pembangunan dari industri manufaktur. Kinerja X bisa dalam tiga arti, yaitu laju pertumbuhan volume atau nilai X dan diverifikasi, baik dalam produk maupun pasar/ negara tujuan. Idealnya industri manufaktur di suatu negara dikatakan sudah sangat maju jika laju pertumbuhan X manufakturnya rata-rata pertahun tinggi. Karena ini menandakan bahwa tingkat daya saing dari produk-produk manufakturnya tinggi sehingga bisa masuk ke pasar di banyak negara lain. Laju pertumbuhan dari X manufaktur yang lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan X dari sektor-sektor lainnya memperbesar pangsa dari X manufaktur di dalam X total. Berarti, semakin maju industri manufaktur di suatu negara, semakin dominan X dari sektor tersebut di dalam X total dari negara tersebut.
Ketergantungan Pada Impor
M barang-barang manufaktur juga dapat digunakan sebagai salah satu indikator dari keberhasilan pembangunan di sektor industri. Hipotesisnya adalah : semakin maju industri di suatu negara semakin rendah tingkat ketergantungan negara tersebut terhadap M barang-barang manufaktur. Walaupun harus diakui bahwa dalam era globalisasi ini, tidak ada satu negara pun yang bisa 100% memenuhi kebutuhan pasar domestiknya untuk barang-barang manufaktur, baik untuk konsumsi maupun untuk produksi dengan memproduksi sendiri.
D. Permasalahan
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1. Keterbatasan teknologi
2. Kualitas Sumber daya Manusia
3. Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor swasta
4. Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga pendidikan & penelitian masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
· Basis ekspor & pasar masih sempit, walaupun Indonesia mempunyai banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih terkonsentrasi:
a. terbatas pada empat produk (kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
b. Pasar tekstil & pakaian jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia
c. USA, Jepang & Singapura mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia
d. Produk penyumbang 80% dari ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan produk di pasar terbatas
e. Banyak produk manufaktur terpilih padat karya mengalami penurunan harga muncul pesaing baru seperti cina & vietman
f. Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor internal seperti tuntutan kenaikan upah
· Ketergantungan impor sangat tinggi 1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan, pengepakan dan assembling dengan hasil:
a. Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi diatas 45%
b. Industri padat karya seperti tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi.
c. PMA sector manufaktur masih bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
d. Peralihan teknologi (teknikal, manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari PMA masih terbatas
e. Pengembangan produk dengan merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
· Tidak ada industri berteknologi menengah
a. Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet, plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun tahun 1985 -1997.
b. Kontribusi produk padat modal (material dari plastik, karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 1997
c. Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
· Konsentrasi regional Industri mnengah & besar terkonsentrasi di Jawa.
2. Kelemahan organisasi
· Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat Karya)
· Konsentrasi Pasar
· Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih lemah
· SDM yang lemah
E. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Startegi pelaksanaan industrialisasi:
1. Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah Korea & Taiwan
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
· Sumber daya alam & Faktor produksi cukuo tersedia
· Potensi permintaan dalam negeri memadai
· Sebagai pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
· Kesempatan kerja menjadi luas
· Pengurangan ketergantungan impor, shg defisit berkurang
2. Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing. Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
· Pasar harus menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs baik pasar input maupun output
· Tingkat proteksi impor harus rendah
· Nilai tukar harus realistis
· Ada insentif untuk peningkatan ekspor
3. Kebijakan Industri Pasca Krisis Ekonomi
Salah satu sektor ekonomi di dalam negeri yang sangat terpukul oleh krisis ekonomi adalah sektor industri manufaktur. Akibat depresiasi rupiah yang sangat besar terhadap dollar AS pada tahun 1998, banyak perusahaan di sektor tersebut harus mengurangi volume produksi atau bahkan menutup usaha mereka karena sangat mahalnya biaya M. Krisis ekonomi telah menunjukkan bahwa ternyata pembangunan industri selama Orde Baru tidak menghasilkan suatu industri nasional yang kuat.
BAB III
KESIMPULAN
Industrialisasi suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
Daftar Pustaka
1. kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/.../7-INDUSTRIALISASI+DAN+PERKEMBANGAN.doc
2. T.H Tambunan, Tulus (2003), Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.