Kamis, 17 Maret 2011

Kemiskinan Dan Kesenjangan Pendapatan

Nama: Sakinah Febrianty
Npm: 26210334
Kelas: 1EB07



BAB I
PENDAHULUAN
KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN PENDAPATAN

            Ketimpangan yang besar dalam distribusi pendapatan (yang dimaksud dengan kesenjangan ekonomi) dan tingkat kemiskinan (persentase dari jumlah populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan) merupakan dua masalah besar di banyak LDCs, tidak terkecuali Indonesia. Dikatakan besar, karena jika dua masalah ini berlarut-larut atau dibiarkan semakin parah, pada akhirnya akan menimbulkan konsekuensi politik dan sosial yang sangat serius.
            Di Indonesia, pada awal pemerintahan Orde Baru para pembuat kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan ekonomi di Jakarta masih sangat percaya bahwa proses pembangunan ekonomi yang pada awalnya terpusatkan hanya di Jawa, khususnya Jakarta dan sekitarnya, dan hanya di sektor-sektor tertentu saja, pada akhirnya akan menghasilkan apa yang dimaksud dengan trickle down effects.
            Pada awal periode Orde Baru hingga akhir tahun 1970-an, strategi pembangunan ekonomi yang dianut oleh pemerintahan Soeharto lebih berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pusat pembangunan ekonomi nasional dimulai di pulau Jawa dengan alasan bahwa semua fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dan infrastruktur pendukung lainnya lebih tersedia di Jawa (khususnya Jakarta dan sekitarnya). Mereka percaya bahwa nantinya hasil dari pembangunan itu akan ’menetes’ ke sektor-sektor dan wilayah Indonesia lainnya.
            Namun, sejarah menunjukkan bahwa setelah 30 tahun lebih sejak Pelita I tahun 1969, ternyata efek menetes tersebut kecil (kalau tidak bisa dikatakan sama sekali tidak ada), atau proses mengalir ke bawahnya sangat lambat.
            Oleh karena itu, sejak Pelita III strategi pembangunan mulai diubah: tidak lagi hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dari pembangunan. Sejak itu perhatian mulai diberikan pada usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya lewat pengembangan industri-industri padat karya, pembangunan pedesaan, dan modernisasi sektor pertanian.



BAB II
PEMBAHASAN
KEMISKINAN DAN
KESENJANGAN PENDAPATAN

            Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
a.       kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, yang biasanya dapat didefinisikan di dalam kaitannnya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
b.      Kemiskinan absolut adalah derajat dari kemiskinan di bawah, dimana kebutuhan-kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat dipenuhi.

1.      Hubungan Antara Pertumbuhan dan Kesenjangan: Hipotesis kuznets
Semakin tinggi pertumbuhan PDB atau semakin besar pendapatan per kapita semakin besar perbedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Bahkan, suatu studi dari Ahuja, dkk. (1997) di negara-negara di Asia Tenggara menunjukkan bahwa setelah sempat turun dan stabil selama 1970-an dan 1980-an pada saat negara-negara itu mengalami laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun yang tinggi, pada awal 1990-an ketimpangan dalam distribusi pendapatan di negara-negara tersebut mulai membesar kembali. Studi-studi dari Jantti (1997) dan Mule (1998) memperlihatkan bahwa perkembangan ketimpangan dalam pembagian PN antara kelompok kaya dengan kelompok miskin di Sweden, Inggris, AS, dan beberapa negara lainnya di Eropa Barat menunjukkan suatu tren yang meningkat selama 1970-an dan 1980-an.
Dengan memakai data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah survei/ observasi di setiap negara, Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan per kapita yang berbentuk U terbalik.
Beberapa catatan penting dari penemuan studi-studi empiris yang menguji hipotesis kuznets adalah diantaranya:
a.              sebagian besar studi-studi tersebut mendukung hipotesis kuznets; sedangkan sebagian lainnya menolak atau tidak menemukan korelasi.
b.              Walaupun secara umum hipotesis itu diterima, namun sebagian besar dari studi-studi tersebut menunjukkan bahwa relasi positif antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi PN pada periode jangka panjang hanya terbukti nyata untuk kelompok DCs.
c.              Bagian kesenjangan dari kurva Kuznets cenderung lebih tidak stabil dibandingkan dengan porsi kesenjangan menurun dari kurva tersebut.

2.      Hubungan Antara Pertumbuhan dan Kemiskinan
Mengikuti hipotesis Kuznets, pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat, dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang.
Elastisitas dari ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan pendapatan adalah suatu komponen kunci dari perbedaan antara efek bruto dan efek neto dari pertumbuhan pendapatan terhadap kemiskinan.

A.    Beberapa Indikator Kesenjangan Dan Kemiskinan
Ada sejumlah cara untuk mengukur tingkat kesenjangan dalam distribusi pendapatan yang dapat dibagi ke dalam dua kelompok pendekatan, yakni Axiomatic dan Stochastic dominance.
Untuk mengukur kemiskinan ada tiga indikator yang diperkenalkan oleh Foster dkk. (1984) yang sering digunakan di dalam banyak studi empiris, yaitu:
a.                The Incidence of Poverty, persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Indeksnya sering disebut rasio H.
b.               The Depth of Poverty, yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK), atau dikenal dengan sebutan poverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/ perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut.
c.                The Severity of Poverty, yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama seperti IJK. Namun, selain menukur jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan, IKK juga mengukur ketimpangan di antara penduduk miskin atau penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Indeks ini yang juga disebut Distributionally Sensitive Index dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.

B.     Penemuan Empiris
1.      Distribusi Pendapatan
      Studi-studi mengenai distribusi pendapatan di Indonesia pada umumnya menggunakan data BPS mengenai pengeluaran konsumsi rumah tangga dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Data pengeluaran konsumsi dipakai sebagai suatu pendekatan (proksi) untuk mengukur distribusi pendapatan masyarakt.
      Secara teorotis, perubahan pola distribusi pendapatan di pedesaan dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut ini:
a.       Akibat arus penduduk/ L dari pedesaan ke perkotaan yang selama Orde Baru berlangsung sangat pesat.
b.      Struktur pasar dan besarnya distorsi yang berbeda di pedesaan dengan di perkotaan.
c.       Dampak positif dari proses pembangunan ekonomi nasional.
2.      Kemiskinan
      Kemiskinan bukan hanya di Indonesia melainkan merupakan masalah dunia. Laporan dari Bank Dunia menujukkan bahwa tahun 1998 terdapat 1,2 miliar orang miskin dari sekitar 5 miliar lebih jumlah penduduk di dunia.
      Ada dua hal yang menarik dari laporan Bank Dunia, yaitu:
a.       Berdasarkan garis kemiskinan 1,08 dolar AS per hari, persentase populasi yang hidup di bawah garis kemiskinan bervariasi menurut wilayah. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan antarwilayah tersebut dalam struktur dan pertumbuhan ekonomi, keberadaan SDA, SDM, jumlah penduduk, kondisi iklim dan geografi.
b.      Selama 1987-1998, laju pengurangan orang miskin berbeda menurut wilayah. Hal ini mencerminkan antara lain perbedaan efek pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan antarwilayah.
Seperti telah dibahas sebelumnya, banyak studi empiris yang memang membuktikan adanya suatu relasi trade-off  yang kuat antara laju pertumbuhan pendapatan dan tingkat kemiskinan, namun hubungan negatif tersebut tidak sitematis.
Hasil plot antara perubahan laju kemiskinan dengan rata-rata atau nilai tengah dari pengeluaran konsumsi atau pendapatan antarsurvei menunjukkan suatu tren yang negatif. Sedangkan hasil studi empiris dari Mills dan Pernia (1993) dengan metode yang sama menujukkan bahwa kemiskinan di suatu negara akan semakin rendah jika laju pertumbuhan ekonominya pada tahun-tahun sebelumnya tinggi, dan semakin tinggi laju pertumbuhan PDB, semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan.

C.    Kebijakan Antikemiskinan
Komite dari PBB mendeklarasikan bahwa penurunan kemiskinan lewat percepatan proses pembangunan, penyempurnaan distribusi pendapatan, dan perubahan-perubahan sosial lainnya sebagai tujuan terpenting dari suatu strategi pembangunan internasional yang tepat.
Tahun 1990, Bank Dunia lewat laporannya World Development Report on Poverty mendeklarasikan bahwa suatu peperangan yang berhasil melawan kemiskinan perlu dilakukan secara serentak pada tiga front, yakni:
a.                 Pertumbuhan ekonomi yang luas dan padat karya yang menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi kelomppok miskin.
b.                 Pengembangan SDM yang memberi mereka kemampuan yang lebih baik untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan yang diciptakan oleh pertumbuhan ekonomi.
c.                 Membuat suatu jaringan pengaman sosial untuk mereka di antara penduduk miskin yang sama sekali tidak mampu untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari pertumbuhan ekonomi dan kesempatan pengembangan SDM akibat ketidakmampuan fisik dan mental, bencana alam, konflik sosial, dan terisolasi secara fisik.
Menurut ADB (1999), ada tiga pilar dari suatu strategi penurunan kemiskinan, yakni:
  1. Pertumbuhan berkelanjutan yang prokemiskinan
  2. Pengembangan sosial yang terdiri dari pengembangan SDM, modal sosial, perbaikan status dari perempuan, dan perlindungan sosial.
  3. Manajemen ekonomi makro dan pemerintahan yang baik, yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dari dua pilar pertama.
Intervensi lainnya yang bisa dimasukkan dalam kategori intervensi jangka pendek adalah manajemen lingkungan dan SDA. Sedangkan, intervensi jangka menengah dan panjang yang penting sebagai berikut:
  1. Pembangunan/ penguatan sektor swasta
  2. Kerjasama regional
  3. Manajemen pengeluaran pemerintah (APBN) dan administrasi
  4. Desentralisasi
  5. Pendidikan dan kesehatan
  6. Penyediaan air bersih dan pembangunan perkotaan
  7. Pembagian tanah yang merata 


BAB III
KESIMPULAN

Banyak definisi tentang kemiskinan telah diungkapkan dan menjadi bahan perdebatan. Kemiskinan telah didefinisikan berbeda-beda dan merefleksikan suatu spektrum orientasi ideologi. Bahkan pendekatan kuantitatif untuk mendefinisikan kemiskinan telah diperdebatkan secara luas oleh beberapa peneliti yang mempunyai minat dalam masalah ini (Jennings, 1994; Pandji-Indra, 2001). Kemiskinan adalah suatu
situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi (Parwoto, 2001). Kondisi tersebut menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasa atau asasi manusia seperti sandang, pangan, papan, afeksi, keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi, kebebasan, partisipasi, dan waktu luang (Fernandez, 2000).
Ditinjau dari kelompok sasaran, terdapat beberapa tipe kemiskinan. Penggolongan tipe kemiskinan ini dimaksudkan agar setiap tujuan program memiliki sasaran dan target yang jelas. Sumodiningrat (1999) membagi kemiskinan menjadi tiga kategori, yaitu 1) Kemiskinan absolut (pendapatan di bawah garis kemiskinan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya), 2) Kemiskinan relatif (situasi kemiskinan di atas garis kemiskinan berdasarkan pada jarak antara miskin dan non-miskin dalam suatu komunitas), dan 3) Kemiskinan struktural (kemiskinan ini terjadi saat orang atau kelompok masyarakat enggan untuk memperbaiki kondisi kehidupannya sampai ada bantuan untuk mendorong mereka keluar dari kondisi tersebut).


DAFTAR PUSTAKA
  1. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/analisis_kemiskinan_dan_ketimpangan_distribusi_pendapatan.pdf
  2. T.H Tambunan, Tulus (2003), Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar