Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau
detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sentivitas dan
imajinasi pembaca atau pendengar bagaikan mereka ikut melihat, mendengar,
merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut (Semi, 2003:41).
Deskripsi
bertujuan menyampaikan sesuatu hal dalam urutan atau rangka ruang dengan maksud
untuk menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca segala sesuatu yang
dilihat, didengar, dicecap, diraba, atau dicium oleh pengarang. (Widyamartaya,
1992:9-10).
Jadi
Deskripsi adalah tulisan yang menjabarkan, menerangkan suatu benda, tokoh, atau
kejadian secara terperinci, yang bertujuan memperluar pengetahuan dan
pengalaman pembaca dengan jalan melukisakan hakikat objek yang sebenarnya.
Supaya
karangan ini sesuai dengan penulisannya, diperlukan suatu pendekatan.
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan realistis dan pendekatan
impresionistis. Penulis ditutut memotret hal atau benda seobjektif mungkin
sesuai dengan keadaan yang dilihatnya, dinamakan pendekatan realistis.
Sebaliknya, pendekatan impresionistis adalah pendekatan yang berusaha
menggambarkan sesuatu secara subjektif (Finoza, 2004:197-198).
Menurut Semi
(2003:41), deskripsi ini merupakan ekposisis juga, sehingga ciri umum yang dimiliki
oleh ekposisi pada dasarnya dimiliki pula oleh deskripsi. Lebih lanjut, Semi
(2003:41) mengatakan bahwa ciri-ciri deskripsi yang
sekaligus sebagai pembeda dengan ekposisi adalah sebagai berikut.
1. Deskripsi
lebih berupaya memperlihatkan detail atau perincian tentang objek.
2. Deskripsi
lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca.
3. Deskripsi
disampaikan dengan gaya yang nikmat dengan pilihan kata yang menggugah;
sedangkan ekposisi gayanya lebih lugas.
4. Deskripsi
lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar dilihat, dan
dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan
manusia.
5. Organisasi
penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang (spartial order).
Di antara
ciri-ciri tersebut yang tidak dimiliki oleh ekposisi adalah gaya yang indah dan
memikat sehingga memancing sesitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar.
Ada pula deskripsi yang disampaikan dengan bahasa yang lugas dan juga tidak
memancing sensitivitas pembaca, tapi menekankan pada perincian atau detail
dengan mengajukan pembuktian atau banyak contoh (mis. deskripsi tentang keadaan
ruang praktik atau deskripsi tentang keadaan daerah yang dilanda
tsunami). Oleh sebab itu, karangan deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi
ekpositoris (deskripsi teknis) dan deskripsi artistik (disebut juga deskripsi
literer, impresionistik, atau sugestif) (Semi, 2003:43). Lebih lanjut, Semi
(2003:43) mengatakan bahwa
karangan
yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana
adanya tanpa manekankan unsur impresif atau sugestif kepada pembaca, dinamakan
deskripsi ekpositorik. Selain itu juga menggunakan bahasa-bahasa yang formal
dan lugas. Sebaliknya, deskripsi artistik adalah deskripsi yang mengarah
kapada pangalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan
objek yang disampaikan dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui
keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang
menggugah perasaan.
Sumber:
1. Widyamartaya, A. 1992. Seni
Menuangkan Gagasan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Karnisius.
2. Semi, M. Atar. 2003. Menulis
Efektif. Padang: Angkasa Raya.
3. Finoza, Lamuddin.
2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan
Mulia.